Dari Punclut ke Cimincrang: Farhan Soroti Keunikan Masalah Kota Bandung yang Butuh Sentuhan Ilmuwan
radarbandung.web.id Kota Bandung memiliki lanskap geografis dan sosial yang begitu beragam, menjadikannya kota dengan tantangan pembangunan yang kompleks. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menegaskan bahwa perbedaan ini justru menuntut pendekatan penyelesaian masalah yang lebih ilmiah, kolaboratif, dan berbasis data.
Menurut Farhan, tidak mungkin menerapkan satu kebijakan seragam untuk seluruh wilayah kota. Tiap kecamatan, bahkan hingga tingkat RW, memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara penanganan berbagai persoalan seperti banjir, kemacetan, pengelolaan sampah, hingga tata ruang.
Kota dengan Karakteristik yang Kontras
Sebagai contoh, Farhan menyebut wilayah Punclut di Bandung Utara dan Cimincrang di Bandung Timur. Kedua daerah ini menggambarkan kontras yang nyata dari segi topografi maupun pola permukiman.
Punclut berada di ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut, dengan kontur tanah yang berbukit dan curah hujan tinggi. Kawasan ini berperan penting sebagai daerah resapan air dan penyeimbang ekologi kota. Sebaliknya, Cimincrang yang terletak di dataran rendah sekitar 650 meter di atas permukaan laut cenderung padat penduduk dan rentan terhadap genangan air serta limpasan banjir saat musim hujan.
Secara hidrologi, keduanya memiliki sistem aliran air yang sangat berbeda. Punclut berfungsi sebagai wilayah tangkapan air, sedangkan Cimincrang menerima limpahan dari kawasan utara dan tengah. Kondisi ini menjadikan koordinasi lintas wilayah sangat penting agar pengelolaan air dan drainase bisa berjalan efektif.
Ilmuwan Didorong Turun ke Lapangan
Farhan menekankan perlunya keterlibatan akademisi, terutama dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan perguruan tinggi lain di Jawa Barat, untuk membantu pemerintah kota dalam mencari solusi berbasis riset.
“Kita punya 1.597 RW dengan permasalahan yang tidak sama. Ada yang butuh penataan drainase, ada yang bermasalah dengan limbah rumah tangga, dan ada juga yang kesulitan akses air bersih. Maka, tiap wilayah harus ditangani dengan pendekatan ilmiah yang relevan dengan kondisi lokal,” ujar Farhan.
Ia mengusulkan agar Kota Bandung dijadikan “living laboratory” — laboratorium hidup tempat ilmuwan, mahasiswa, dan warga bekerja sama menguji solusi berkelanjutan secara langsung di lapangan.
Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara teori dan praktik, sehingga hasil penelitian akademik benar-benar memberikan manfaat konkret bagi masyarakat.
Tantangan Urbanisasi dan Ketimpangan Infrastruktur
Masalah lain yang turut disorot adalah ketimpangan pembangunan antara wilayah utara dan selatan Bandung. Kawasan utara relatif lebih tertata dengan infrastruktur yang baik, sementara wilayah timur dan selatan menghadapi tekanan akibat urbanisasi cepat dan pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali.
Banyak daerah di Bandung Timur yang sebelumnya merupakan lahan pertanian kini berubah menjadi kawasan perumahan padat tanpa perencanaan drainase yang memadai. Akibatnya, saat hujan deras, air mengalir deras ke wilayah bawah tanpa sistem penahan yang cukup.
Farhan mengakui bahwa kondisi ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan proyek infrastruktur jangka pendek. Diperlukan strategi terpadu yang melibatkan ahli tata kota, hidrolog, dan insinyur lingkungan untuk mengembangkan model tata ruang dinamis sesuai perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk.
Pendekatan Sosial dan Partisipatif
Selain faktor geografis, Farhan juga menekankan pentingnya memahami konteks sosial di tiap kawasan. Pola interaksi masyarakat, tingkat ekonomi, dan kesadaran lingkungan berperan besar dalam keberhasilan kebijakan publik.
Di beberapa wilayah, warga memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan karena minim fasilitas dan edukasi. Sementara di tempat lain, masyarakat sudah membentuk komunitas sadar lingkungan yang mandiri.
“Kalau kita datang dengan kebijakan yang sama, hasilnya bisa berbeda. Oleh karena itu, pemerintah harus hadir dengan pendekatan yang empatik dan partisipatif,” jelasnya.
Untuk mendukung hal itu, Pemkot Bandung berencana memperluas program Prakarsa Utama, di mana pejabat pemerintah ditempatkan langsung di kelurahan agar lebih memahami dinamika masyarakat setempat.
Kolaborasi dengan Akademisi dan Komunitas
Farhan mengundang akademisi dan mahasiswa untuk turun langsung membantu warga melalui riset terapan dan program pemberdayaan. Pemerintah akan menyediakan data terbuka terkait masalah perkotaan, mulai dari peta banjir, polusi udara, hingga data kemacetan lalu lintas.
“Data ini akan menjadi dasar bagi teman-teman ilmuwan untuk merancang solusi berbasis fakta. Kita tidak bisa lagi menebak-nebak,” tegas Farhan.
ITB dan beberapa universitas lain juga menyambut baik inisiatif ini. Mereka tengah menyiapkan skema kolaborasi lintas fakultas agar hasil penelitian dapat diterapkan di lapangan dengan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat.
Selain itu, sektor swasta mulai dilibatkan dalam bentuk kemitraan hijau. Beberapa perusahaan lokal telah menyatakan komitmennya untuk membantu pembangunan infrastruktur ramah lingkungan seperti sistem biopori, sumur resapan, dan pengelolaan air hujan.
Bandung Sebagai Model Kota Adaptif
Dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan partisipasi warga, Bandung diharapkan mampu menjadi model kota adaptif di Indonesia — kota yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan sosial tanpa kehilangan arah pembangunan.
Farhan menegaskan bahwa kota ini harus tumbuh bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara sosial dan ekologis. “Kita tidak bisa membangun Bandung dari atas meja rapat saja. Solusinya harus lahir dari lapangan, dari pengalaman nyata warga, dan dari hasil riset yang bisa diuji,” ujarnya.
Penutup
Kisah dari Punclut hingga Cimincrang menunjukkan betapa kompleksnya permasalahan urban di Bandung. Namun di balik tantangan itu, tersimpan peluang besar untuk menciptakan inovasi berbasis kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat.
Dengan semangat ilmiah dan komitmen keberlanjutan, Bandung melangkah menuju masa depan sebagai kota yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga cerdas, tangguh, dan manusiawi bagi seluruh warganya.

Cek Juga Artikel Dari Platform musicpromote.online
