Bukit Terbelah Akibat Longsor di Arjasari Bandung: Warga Was-Was Hadapi Ancaman Lahan Labil
radarbandung.web.id Peristiwa tanah longsor kembali menjadi ancaman nyata bagi masyarakat yang tinggal di wilayah lereng perbukitan. Baru-baru ini, longsor besar melanda Kampung Condong, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Kejadian tersebut tidak hanya menimbulkan kepanikan, tetapi juga menyisakan pemandangan dramatis: sebuah bukit tampak terbelah, menciptakan dinding baru yang curam dan berbahaya.
Dari lokasi kejadian, tampak jelas bahwa material longsoran membentuk tebing baru yang menyerupai jurang. Bongkahan batu besar berjatuhan, tanah gembur memenuhi area pemukiman, dan pepohonan yang dulu menahan lereng kini terpatahkan secara alami. Kondisi ini memicu kekhawatiran masyarakat setempat, mengingat potensi longsor susulan selalu membayangi saat struktur tanah masih labil.
Lereng Gunung Sinapeul Jadi Titik Sumber Longsor
Longsor tersebut dipicu oleh pergeseran tanah di lereng Gunung Sinapeul yang memiliki kontur cukup curam. Ketinggian sekitar 80 meter di titik longsoran memperlihatkan betapa besar energi tanah yang meluncur ketika lereng kehilangan kekuatannya. Material tanah dan batu yang longsor langsung mengarah ke pemukiman di bawahnya, sehingga sejumlah rumah tak sempat menghindari hantaman.
Para warga mengatakan bahwa sebelum material bergerak, area perbukitan sudah menunjukkan tanda-tanda retakan sejak beberapa waktu. Retakan itu makin melebar seiring perubahan cuaca yang kerap diwarnai hujan. Akhirnya, kondisi tersebut mencapai titik kritis hingga lereng ambruk dan mengalir bersama tanah yang sudah jenuh oleh air.
Lima Kepala Keluarga Terdampak Langsung
Sebanyak lima kepala keluarga mengalami dampak langsung dari longsor ini. Rumah mereka berada persis di jalur luncuran material, sehingga bagian dinding dan pekarangan rusak tertimpa tanah dan batu. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, kejadian itu cukup mengganggu stabilitas hidup warga yang kini harus waspada pada ancaman lanjutan.
Sebagian warga memilih mengungsi sementara ke rumah kerabat atau pos darurat yang disediakan. Barang-barang penting diselamatkan sebisanya, sementara mereka hanya dapat berharap kondisi cuaca segera membaik dan tidak memicu pergerakan tanah tambahan.
Rasa cemas sangat dirasakan penduduk, terutama saat malam hari ketika jarak pandang terbatas dan suara gemeretak dari lereng bisa terdengar kapan saja.
Bukit Terbelah Menjadi Fenomena Baru di Lokasi
Yang menarik perhatian banyak pihak adalah bukit yang tampak terbelah akibat kejadian ini. Bagian lereng yang sebelumnya tampak utuh kini menjadi dua sisi yang berbeda ketinggian, seolah bukit dipisahkan secara paksa oleh kekuatan alam.
Struktur geologinya berubah drastis. Kondisi tersebut membuat area sekitar menjadi berisiko tinggi karena tebing baru yang masih rapuh dapat kembali runtuh. Ahli mitigasi bencana menilai, tanah gembur di daerah semacam ini membutuhkan penanganan darurat berupa penutup terpal, pemasangan patok pergerakan tanah, serta pembatasan aktivitas di sekitar titik longsor.
Jika tidak ada intervensi teknis, potensi bencana yang lebih besar dapat menghantui warga saat intensitas hujan meningkat.
Mengapa Longsor Mudah Terjadi?
Longsor di Arjasari bukan kejadian pertama. Wilayah selatan Bandung memiliki karakter lahan perbukitan dengan kondisi tanah vulkanik yang mudah jenuh saat hujan turun lama. Ketika air meresap dan melembekkan lapisan tanah dalam jumlah besar, gaya gravitasi akan mengambil alih dan mendorong massa tanah turun ke bawah.
Ada beberapa faktor pemicu tambahan yang menjadi perhatian:
- Erosi pada lereng yang tidak terlindungi vegetasi
- Penataan lahan yang kurang memperhatikan kontur
- Perubahan aliran air yang mempercepat kejenuhan tanah
- Pembangunan terlalu dekat dengan lereng curam
Jika faktor-faktor tersebut bertemu, bencana hampir tidak bisa dihindari.
Perlu Mitigasi Segera dan Pendataan Ulang Zona Rawan
Setelah kejadian longsor ini, tim tanggap darurat bekerja untuk melakukan pembersihan material dan memantau area yang rawan. Namun upaya jangka panjang jauh lebih penting. Pemerintah daerah, bersinergi dengan pihak terkait, perlu:
- Memetakan ulang zona rawan tanah longsor
- Mengidentifikasi rumah yang berdiri terlalu dekat lereng
- Memberikan edukasi rutin kepada warga soal tanda-tanda longsor
- Memperkuat vegetasi serta drainase di area perbukitan
Mitigasi bukan hanya dilakukan ketika bencana sudah terjadi, tetapi harus menjadi langkah yang sistematis dalam perencanaan pembangunan.
Harapan Warga: Keselamatan dan Kepastian Tempat Tinggal
Warga terdampak kini berharap pemerintah memberikan solusi konkret, baik berupa relokasi sementara, perbaikan rumah, maupun dukungan psikososial. Mereka ingin kembali merasa aman tinggal di rumah sendiri tanpa bayang-bayang bencana setiap kali hujan turun.
Kepedulian dan pendampingan untuk korban barang tentu memiliki dampak besar terhadap pemulihan mental dan sosial. Longsor tidak hanya merusak fisik bangunan, tetapi juga mematahkan rasa nyaman yang sudah lama dibangun keluarga di kampung halaman mereka.
Penutup
Peristiwa bukit terbelah di Arjasari menjadi pengingat bahwa bencana tanah longsor selalu mengintai wilayah perbukitan yang tidak dikelola dengan tepat. Meskipun tidak menelan korban jiwa, kerusakan yang terjadi sudah cukup membuat warga kehilangan rasa aman.
Langkah pemulihan dan mitigasi harus bergerak cepat. Alam telah memberi peringatan keras — kini tugas manusia untuk menanggapi dengan tindakan yang bijak agar tragedi serupa tidak kembali menimpa.

Cek Juga Artikel Dari Platform festajunina.site
