Detik-detik Puting Beliung Sapu Sekeloa Bandung: Warga Panik, Atap Berterbangan, dan Suara Takbir Menggema
radarbandung.web.id Kawasan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Bandung mendadak berubah mencekam ketika angin puting beliung menyapu permukiman padat penduduk. Peristiwa tersebut berlangsung sangat cepat, namun meninggalkan bekas kerusakan cukup luas. Suara genting beterbangan, getaran angin kencang, dan pekikan warga yang panik menjadi gambaran suasana yang terjadi saat itu.
Warga yang berada di dalam rumah maupun di luar langsung berlarian menyelamatkan diri. Banyak dari mereka meneriakkan takbir karena terkejut sekaligus ketakutan melihat atap rumah tersapu angin. Dalam hitungan detik, situasi berubah dari tenang menjadi kacau.
Kesaksian Warga yang Mengalami Langsung
Aso, warga RT 1 RW 4, menjadi salah satu saksi yang merasakan langsung kekuatan angin tersebut. Ketika kejadian berlangsung, ia sedang berada di dalam rumah. Awalnya, ia hanya mendengar suara berisik dari bagian atas rumah. Tak lama kemudian, arah angin berubah semakin kuat dan mulai mengangkat benda-benda di sekitarnya.
Setelah merasa situasinya tidak aman, Aso memutuskan keluar rumah. Begitu melangkah, ia langsung melihat potongan genting beterbangan menuju area rumah tetangga. Beberapa bagian atap yang lebih berat ikut terangkat lalu tersapu ke bagian belakang permukiman.
Meski ukuran pusaran angin tidak besar, daya hisapnya cukup kuat untuk mengangkat benda berat. Benda-benda kecil seperti ranting dan dedaunan berputar mengikuti arah angin, sementara beberapa barang keras terseret ke titik lain.
Kerusakan Puluhan Rumah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung mencatat puluhan rumah mengalami kerusakan akibat terjangan puting beliung tersebut. Kerusakannya beragam, mulai dari atap yang terlepas, dinding retak, hingga beberapa bagian rumah yang mengalami kerusakan berat.
Rumah-rumah di kawasan padat seperti Sekeloa memiliki struktur yang saling berdekatan, sehingga satu rumah yang tersapu angin dapat menimbulkan efek domino terhadap bangunan di sekitarnya. Potongan atap yang terbang dapat menimpa rumah lain, begitu pula material seperti bambu atau kayu yang terseret angin.
Beberapa warga mengaku ikut membersihkan puing-puing secara bersama-sama setelah angin mereda, sementara lainnya masih merasa syok karena kejadian berlangsung tanpa tanda-tanda sebelumnya.
Detik-detik Kejadian: Dari Tenang Menjadi Mencekam
Menurut keterangan sejumlah warga, cuaca sebelum kejadian tidak menunjukkan tanda pembentukan angin ekstrem. Udara terasa normal, lalu tiba-tiba angin bertiup lebih kencang. Dalam waktu singkat, pusaran angin mulai muncul di antara permukiman. Suara gemuruh kecil terdengar dari atap rumah, disusul genting yang pecah dan berjatuhan.
Warga yang awalnya tidak memahami situasi mulai keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Namun begitu melihat atap rumah tetangga terangkat, mereka langsung berteriak, memperingatkan warga lain untuk menjauh dari area terbuka.
Beberapa orang melindungi diri di balik dinding atau berlindung di dalam rumah. Sementara itu, ibu-ibu dan anak-anak berusaha mencari tempat aman jauh dari pusaran angin. Ketakutan memuncak saat benda-benda mulai beterbangan, termasuk barang-barang berat yang sebelumnya dianggap tidak mungkin terangkat angin.
Suara Takbir Menggema di Tengah Kepanikan
Dalam suasana kacau tersebut, terdengar suara takbir dari beberapa warga. Sebagian melakukannya sebagai bentuk refleks ketika menghadapi situasi berbahaya, sementara lainnya merasa takbir memberi ketenangan di tengah kondisi yang tidak menentu.
Suara takbir bersahutan di sepanjang gang sempit. Beberapa warga mengaku bahwa hal itu memberikan keberanian bagi mereka untuk tetap tenang dan membantu satu sama lain. Meskipun situasinya sangat menegangkan, solidaritas antarwarga terlihat jelas ketika mereka saling menenangkan dan memastikan semua orang aman.
Kondisi Setelah Angin Mereda
Begitu angin puting beliung menghilang, warga mulai memeriksa kondisi sekitar. Banyak rumah kehilangan genting, beberapa atap terbalik, dan halaman dipenuhi potongan kayu serta puing bangunan. Suasana yang sebelumnya mencekam digantikan oleh keheningan dan rasa syukur karena tidak ada korban jiwa.
BPBD Bandung bergerak cepat mendata kerusakan dan memberikan bantuan awal kepada warga terdampak. Petugas memastikan area yang rusak tidak membahayakan penghuni dan menyalurkan perlengkapan darurat seperti terpal, makanan siap saji, dan peralatan sederhana untuk memperbaiki kerusakan ringan.
Warga juga berinisiatif membersihkan lingkungan secara bersama-sama. Banyak di antara mereka bergotong royong mengangkat puing, memasang kembali genting, dan menjaga area agar tetap aman dari risiko jatuhnya material bangunan.
Angin Puting Beliung dan Risiko di Permukiman Padat
Kejadian di Sekeloa memberikan pelajaran penting mengenai risiko bencana di wilayah padat penduduk. Angin puting beliung tidak selalu dapat diprediksi, namun dampaknya bisa diminimalkan jika masyarakat memiliki kesiapsiagaan.
Ahli cuaca menjelaskan bahwa kondisi angin ekstrem dapat muncul ketika terdapat perubahan tekanan udara secara mendadak. Di permukiman yang rapat, perputaran angin dapat menjadi lebih kuat karena terhalang bangunan.
Hal inilah yang membuat pusaran angin bisa sangat destruktif meski ukurannya kecil.
Penutup: Ketangguhan Warga Sekeloa
Peristiwa puting beliung yang terjadi di Sekeloa menggambarkan bagaimana bencana dapat datang secara tiba-tiba. Namun di balik kerusakan dan kepanikan, terlihat ketangguhan warga dalam menghadapi situasi sulit. Mereka saling membantu, tetap tenang, dan bergerak cepat memastikan keamanan keluarga maupun tetangga.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kesiapsiagaan bencana sangat penting, terutama di kawasan padat penduduk. Dengan kekompakan warga, bantuan petugas, dan dukungan lingkungan sekitar, pemulihan dapat dilakukan lebih cepat dan kehidupan perlahan kembali berjalan normal.

Cek Juga Artikel Dari Platform infowarkop.web.id
