Sustainability Summit: Langkah Nyata Bandung Menuju Kota Berkelanjutan
radarbandung.web.id Kota Bandung terus memperkuat komitmennya untuk menjadi kota yang tangguh, hijau, dan berkelanjutan. Melalui kegiatan Bandung Sustainability Summit, pemerintah kota menggandeng berbagai pihak — mulai dari akademisi, industri, hingga masyarakat sipil — guna menyatukan visi bersama menuju pembangunan berkelanjutan.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa keberlanjutan bukan hanya sekadar slogan, melainkan prinsip dasar yang harus tertanam dalam setiap kebijakan dan proyek pembangunan. Ia meyakini, masa depan kota hanya bisa dibangun jika setiap kebijakan memiliki arah yang terukur dan berkesinambungan, bukan sekadar program jangka pendek.
Visi Pembangunan yang Terukur dan Konsisten
Farhan menyampaikan bahwa pembangunan di Bandung harus memiliki sistem yang dapat bertahan meski terjadi pergantian pemimpin atau perubahan kebijakan. Dengan begitu, arah pembangunan kota tidak terputus dan terus berlanjut sesuai visi keberlanjutan yang sudah ditetapkan.
Menurutnya, keberlanjutan harus bersifat struktural. Artinya, sistem pembangunan harus dibangun dari fondasi yang kuat, agar bisa diteruskan oleh siapa pun pemimpinnya. “Bandung tidak boleh terus-menerus membangun dari nol setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan. Konsep berkelanjutan inilah yang menjamin konsistensi dan efisiensi pembangunan,” ujarnya dalam forum tersebut.
Farhan menambahkan, konsep keberlanjutan juga harus disertai pengukuran yang jelas. Keberhasilan pembangunan berkelanjutan tidak cukup hanya dinilai dari semangatnya, tetapi juga dari hasil yang bisa diukur dan dievaluasi. “Sustainability bukan hanya ide besar, tapi indikator nyata yang harus bisa dihitung,” tegasnya.
Bandung Sebagai “Living Lab” Inovasi Berkelanjutan
Salah satu ide menarik yang dikemukakan Farhan adalah menjadikan seluruh wilayah Kota Bandung sebagai “living lab” atau laboratorium hidup. Melalui pendekatan ini, pemerintah mengundang kalangan akademisi — terutama dari Institut Teknologi Bandung (ITB) — untuk melakukan riset dan pengembangan solusi berbasis data di setiap kelurahan.
Program ini bertujuan menjadikan setiap RW sebagai unit pembelajaran nyata. Dari sinilah akan muncul inovasi yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan sosial masyarakat setempat. Farhan menjelaskan bahwa Bandung memiliki 1.597 RW dengan karakter yang berbeda-beda. Dengan menjadikan tiap wilayah sebagai laboratorium hidup, seluruh masalah lokal dapat diselesaikan dengan pendekatan yang lebih spesifik dan berkelanjutan.
Ia mencontohkan variasi geografis Kota Bandung yang unik — dari Punclut di ketinggian lebih dari seribu meter di atas permukaan laut hingga Cimincrang di dataran rendah — menimbulkan tantangan infrastruktur dan hidrometeorologi yang berbeda. “Kita tidak bisa menerapkan satu solusi untuk semua wilayah. Bandung harus punya pendekatan khas yang sesuai karakter masing-masing daerah,” kata Farhan.
Penanganan Sampah Sebagai Tantangan Utama
Masalah sampah menjadi salah satu isu penting dalam Sustainability Summit kali ini. Farhan menyoroti bahwa setiap kawasan di Bandung memiliki jenis sampah yang berbeda, sehingga perlu penanganan yang spesifik.
Di kawasan Ciwastra dan Gedebage, misalnya, mayoritas sampah yang dihasilkan bersifat organik, sedangkan di Cigondewah, sebagian besar berasal dari limbah tekstil dan plastik. Untuk itu, pemerintah berupaya menciptakan sistem pengelolaan sampah berbasis wilayah yang mampu mengolah limbah sesuai karakteristiknya.
Pendekatan ini diharapkan dapat mengubah paradigma penanganan sampah dari sekadar pembuangan menjadi pengelolaan berbasis sirkular ekonomi. Dengan demikian, limbah tidak lagi dianggap sebagai beban, melainkan sumber daya yang bisa dimanfaatkan kembali.
Kolaborasi Pemerintah dan Akademisi
Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara, menegaskan bahwa kolaborasi antara akademisi dan pemerintah merupakan kunci utama keberhasilan kota berkelanjutan. Menurutnya, Bandung memiliki potensi besar menjadi kota percontohan di Indonesia dalam penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Ia menilai, semangat kolaborasi yang hadir dalam Bandung Sustainability Summit mencerminkan nilai-nilai yang pernah menginspirasi dunia melalui Konferensi Asia Afrika. “Dulu Bandung dikenal karena melahirkan semangat persatuan Asia Afrika. Kini kita ingin Bandung dikenal karena melahirkan semangat keberlanjutan global,” ujarnya.
ITB berkomitmen menyediakan riset, data, serta dukungan akademik untuk membantu Pemkot Bandung dalam merancang kebijakan yang berbasis ilmu pengetahuan. Kolaborasi ini diharapkan dapat melahirkan rencana aksi nyata, bukan sekadar wacana.
Membangun Kota yang Adaptif dan Inklusif
Dalam forum tersebut, para peserta juga menyoroti pentingnya menjadikan pembangunan berkelanjutan sebagai agenda yang inklusif. Artinya, seluruh lapisan masyarakat harus terlibat — mulai dari pemerintah, akademisi, pelaku industri, hingga komunitas warga.
Konsep Bandung Kota Tangguh menjadi salah satu fokus utama. Pembangunan tidak hanya harus ramah lingkungan, tetapi juga mampu menghadapi perubahan iklim, menjaga ketahanan pangan, serta memperkuat konektivitas antarwilayah.
Pemerintah Kota Bandung bersama ITB berkomitmen untuk membangun sistem kota yang adaptif terhadap tantangan global. Hal ini meliputi pengembangan infrastruktur hijau, transportasi rendah emisi, dan ruang publik yang inklusif bagi seluruh warga.
Menuju Masa Depan Bandung yang Berkelanjutan
Bandung Sustainability Summit menjadi simbol langkah baru bagi kota ini dalam meneguhkan arah pembangunan yang berorientasi pada keberlanjutan. Pemerintah tidak lagi bekerja sendiri, melainkan bergerak bersama perguruan tinggi, komunitas, dan sektor swasta.
Dengan semangat kolaborasi ini, Bandung diharapkan mampu menjadi model kota berkelanjutan di Indonesia, tempat di mana pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat berjalan beriringan.
Farhan menutup forum dengan pesan optimistis: “Bandung harus menjadi kota yang terus belajar, beradaptasi, dan berinovasi. Keberlanjutan bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan panjang yang harus dijalani bersama.

Cek Juga Artikel Dari Platform wikiberita.net
